Cari Blog Ini

Senin, 12 November 2012

abu nawas hamil dan ingin melahirkan

Sultan Harun Al-Rasyid masygul berat, konon, penyebabnya sudah tujuh bulan Abu Nawas tidak menghadap ke Istana. Akibatnya, suasana Balairung jadi lengang, sunyi senyap. Sejak dilarang datang ke Istana, Abu Nawas memang benar-benar tidak pernah muncul di Istana.

"Mungkin Abu Nawas marah kepadaku," pikir Sultan, maka diutuslah seorang punggawa ke rumah Abu Nawas. 

"Tolong sampaikan kepada Sultan, aku sakit dan hendak bersalin," jawab Abu Nawas kepada punggawa yang datang ke rumah Abu Nawas menyampaikan pesan Sultan. "Aku sedang menunggu dukun beranak untuk mengeluarkan bayiku ini," kata Abu Nawas lagi sambil mengelus-elus perutnya yang buncit. 

"Ajaib benar," kata beliau dalam hati, setelah mendengar laporan punggawa setianya. "Baru hari ini aku mendengar kabar seorang pria bisa hamil, dan sekarang hendak bersalin. Dulu mana ada pria melahirkan. Aneh, "maka timbul keinginan Sultan untuk menengok Abu Nawas. Maka berangkatlah dia, diiringi sejumlah mentri dan para punggawa ke rumah Abu Nawas. 

Begitu melihat Sultan datang, Abu Nawas pun berlari-lari menyambut dan menyembah kakinya, seraya berkata, "Ya tuanku Syah Alam, berkenan juga rupanya tuanku datang ke rumah hamba yang hina dina ini. " 

Sultan dipersilahkan duduk di tempat yang paling terhormat, sementara Abu Nawas duduk bersila di bawahnya. "Ya tuanku Syah Alam, apakah kehendak duli Syah Alam datang ke rumah hamba ini? Rasanya bertahta selama bertahun-tahun, baru kali ini tuanku datang ke rumah hamba, "tanya Abu Nawas. 

"Aku kemari karena ingin tahu keadaanmu," jawab Sultan, "Engkau dikabarkan sakit hendak melahirkan dan sedang menunggu dukun beranak, sejak zaman nenek moyangku sampai sekarang, aku belum pernah mendengar ada seorang lelaki mengandung dan melahirkan, itu sebabnya aku datang kemari. " 

Abu Nawas tidak menjawab, ia hanya tersenyum. 

"Coba jelaskan perkataanmu. Siapa pria yang hamil dan siapa dukun beranaknya, "tanya Sultan lagi. 

Maka dengan senang hati berceritalah Abu Nawas. "Konon, ada seorang raja mengusir seorang pembesar istana. Tetapi setelah lima bulan berlalu, tanpa alasan yang jelas, sang Raja memanggil kembali pembesar tersebut ke Istana, ini ibarat hubungan laki-laki dan perempuan yang kemudian hamil tanpa menikah. Tentu saja itu melanggar adat dan agama, menggegerkan seluruh negeri. " 

Lagi pula ketika seorang mengeluarkan titah, tidak bisa mencabut perintahnya lagi, jika itu dilakukan, ibarat menjilat air ludahnya sendiri, itulah tanda-tanda pengecut. Oleh karena itu, harus berpikir masak-masak sebelum bertindak. Itulah tamsil seorang pria yang hendak bersalin, adapun dukun beranak yang ditunggu, adalah kehadiran beliau kemari, "kata Abu Nawas," Dengan kedatangan beliau kemari, berarti hamba sudah melahirkan, yang dimaksud dengan bersalin adalah hilangnya rasa sakit atau takut hamba kepada Baginda. " 

"Bukan begitu," kata Sultan. "Ketika aku melarang kau datang lagi ke istana, itu tidak sungguh-sungguh, melainkan hanya bergurau. Besok datanglah engkau ke istana, aku ingin bicara denganmu. Memang di sana banyak mentri, tetapi tidak seperti dirimu. Lagipula, selama engkau tidak hadir di istana, selama itu pula hilanglah cahaya Balairungku. " 

"Segala titah baginda, patik junjung tinggi tuanku," sembah Abu Nawas dengan takdzim. Tetapi Sultan cuma mengeleng-gelengkan kepala. Dan tidak seberapa lama kemudian, Sultan pun kembali ke Istana dengan perasaan heran bercampur geli. (",) v

Read more: http://mythdunia.blogspot.com/2012/07/kisah-abu-nawas-hamil-dan-hendak.html#ixzz2C105UqLV

Tidak ada komentar:

Posting Komentar